RAGAM MOTIF MELAYU RIAU
1. PUCUK REBUNG
Ragam motif Melayu mengandung makna dan falsafaf yang mengacu kepada sifat asal dari setiap sumber, dipadukan dengan nilai kepercayaan dan budaya, disimpai dengan nilai luhur agama Islam.Adat resam mengatur pemakaian dan penempatannya.Kearifan orang-orang tua Melayu yang menyimak alam sekitarnya memberikan ragam motif yang begitu banyak. Ketika dahulu, setiap perajin ukiran ataupun tenunan saerta lainnya diharuskan untuk memahami makna dan falsafaf yang terkandung dalam setiap ragam motif. Keharusan ini dimaksudkan agar mereka secara pribadi mampu menyerap dan menghayati nilai-nilai yang dimaksud, menyebarluaskan, menunjuk ajar, menempatkan sesuai alur patutnya
a. Makna Dan Filsafah
Pucuk Rebung Bertunas – Lapar hilang, dahaga pun lepas, masalah pun selesai
Pucuk Rebung Sekuntum – Duduk berunding, bermusyawarah, bermufakat
Pucuk Rebung Kaluk Paku – Bergotong royong dan saling membantu
Pucuk Rebung Sirih Tunggal – Menjauhkan celaka dan sial
Motif Pucuk Rebung mempunyai arti sesuai dengan namanya yang berarti tunas bambu. Motif ini melambangkan sebagai sesuatu kekuatan yang muncul dari dalam.Walaupun motif pucuk rebung tersebut berbeda-beda tetapi mempunyai pengertian yang kurang lebih sama yaitu segala sesuatu berasal dari tunasnya (dari kekuatan di dalamnya). Patut disayangkan motif pucuk rebung ini hanya bisa kita lihat pada kain tradisional saja padahal pengertian motif ini sangat dalam. Selanjutnya penggunaan eksplorasi dengan teknik multilayer adalah teknik yang menggunakan lebih dari satu kain dengan berbagai macam kain lainnya yang di tumpuk sehingga menjadi berlapis-lapis sedangkan eksplorasi teknik foiling, flocking, dan bordir adalah teknik yang menggunakan teknik surface desain pada tekstil sehingga selain bisa memberikan efek mengkilat (dengan teknik foiling),juga agar dapat memberikan efek tekstur pada kain (dengan teknik flocking dan bordir), dengan tujuan agar motif tesebut bisa terlihat dengan efek yang berbeda dan lebih menarik.
Rebung adalah tunas muda yang tumbuh dari akar bambu. Berbentuk meruncing ke atas, bagian pangkalnya besar dan semakin keatas semakin kecil.Permukaan yang dikelilingi oleh daun-daun muda berbentuk segitiga dan bagian ujungnya meruncing seperti ujung pedang. Gambaran dari ujung rebung dan ujung daun rebung dinamakan dengan pucuk rebung.
Pucuk Rebung adalah pucuk dari tunas bambu yang baru tumbuh yang berbentuk runcing. Motif Pucuk Rebung adalah salah satu motif yang penggambaran alam yng menyerupai Pucuk Rebung. Motif Pucuk Rebung pada umumnya terdapat di daerah melayu, namun setiap di daerah melayu memilki motif Pucuk Rebung yang berbeda dengan daerah lainnya.
Daerah Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues) Motif Pucuk Rebung merupakan salah satu bagain dari motif Kerawang Gayo. Kerawang adalah ragam hias masyarkat Gayo yang berupa motif-motif, pola atau corak yang ditampilkan pada pakaian atau untuk memperindah bentuk bangunan, motifnya terdiri dari ulen-ulen (bulan), Tei Kukur (kotoran burung), emun berangkat (awan bergerak) dan pucuk rebung (Pucuk Rebung).
Motif pucuk rebung melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut.
Pucuk rebung memiliki makna luas dan mendalam, ada tiga makna dari penggunaan lambang pucuk rebung yaitu:
1. Sebagai pengingat untuk terus berupaya maju, pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh.
2. Harus senantiasa berfikir lurus, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung.
3. Jika mencapai puncak tertinggi tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi.
Corak dasar : Pucuk rebung
Variasi : Rebung bersiku keluang
Filosofi : Pucuk rebung bersiku keluang
Dipakai untuk tenun dan tekat
Laba menuntung muka belakang
Sampailah pinta terkabul niat
Kemakmuran hidup lahiriah dan bathiniah, murah rezeki dan berkembang usaha, yang ujungnya mewujudkan kehidupan yang aman dan damai merupakan kandungan nilai kesuburan. Ragam motif pucuk rebung dan segala variasinya sangat mencerminkan nilai ini.
2. AWAN LARAT
Awan larat merupakan rangkaian dari motif yang tersusun rapi berdampingan dan berhubungan.
Awan Larat Kuntum Berangkai Lengkap :
Senyum indah dalam cakap bicara
Awan Larat Kembang Teratur :
Pelekat hidup, Se-ia sekata, Sehidup semati
Ukiran ini bentuknya terdiri dari dari garis lengkung limas dapat ditambah variasai- variasai dengan motif apa saja kecuali bintang, biasanya ukiran ini ukiran kan pada biang yang memanjang dan mendatar. Motif awan larat ini ada yang berbentuk akar, daun dan bunga. Awan larat ini melambangkan panjang umur atau keabadian
Awan larat merupakan rangkaian dari motif yang tersusun rapi berdampingan dan berhubungan.Awan larat berilham daripada alam yaitu awan yang bergerak apabila ditiup angin. Ada pula mengatakan bahawa nama ini diambil sempena nama seorang anak kecil bernama Awang yang menggaris tanah hingga melaratlarat menjadi bentuk yang cantik. Kebiasaannya pengukir menciptakan daun, buah dan bunga hasil ilhamnya sendiri.Awan larat ini corak yang paling dimuliakan dalam apresiasi seni ukir Melayu Klasik.
a. Latar Belakang
Ragam hias merupakan bagian dari seni rupa sedangkan seni rupa adalah salah satu cabang keseni dalam itu, hidup dan berkembang dalam kehidupaan masyarakat dan adalah milik masyarkat melayu riau sejak dari masa lalu, seni rupa ikut memberikan warna yang mencerminkan kekhasan dari masyarakat melayu riau tersebut.
Membicarakan kehidupan ragam hias sama dengan membicarakan seni rupaa dalam masyarakat di riau. Karena didaerah ini kehidupan seni rupa belum begitu maju perkembangannya, tapi dalam masyarakat riau kita akan melihatdn mendapatkan bentuk-bentuk kesenian rupa yang berbentuk tradisonal daerah seperti banguna.
Adapun bentuk-bentuk seni rupa atau ragam hias yang hidup dalam masyarakat riau yang dibicarakan ini terbatas pada ragam hias pada rumah tradisonal melayu riau yang terdapat dibeberapa daerah, antra lain dari: siak indera pura, bintan kepulauan riau bunut dan salo Kampar.
Daerah ini banyak ditemui hasil-hasil seni rupa berupa ragam hias baik berupa peningalan lama maupun yang masih berkembang sekarang. Hal ini dapat dimaklumi bahwa ketiga tempat ini masa dahulu adalah merupakan pusat kerajaan melayu yaitu: siak adalah bekas kerajaan siak, batin adalah bekas kerajaan riau,bunut bekas kerajaan pecan tua, Kampar dan berapa daerah lainnya. Sebagai pusat kerajaan tentu kehidupan seni akan berkembang dengan baik dan maju tetapi, hamper tidak terdapat perbedaan yang mencolok kehidupan seni rupa di beberapa wilayah seperti Indragiri, kepulaun riau Bengkalis dan lainnya.
Corak dasar : Awan Larat
Variasi : Kembang beratur
Filosofi : Awan Larat kembang beratur
Ulur- ulur gelar adatnya
Kasih lekat hiduppun akur
Sampai ke kekubur tali ikatnya
Agar hidup salalu akur
Adat mengungkapkan "tahu diri dengan perinya, tahu duduk dengan tegaknya, tahu alur dengan patutnya" yang tercermin dalam ragam motif bulan penuh, kaluk pakis, awan larat beserta segala variasinya.
3. LEBAH BERGANTUNG
Corak Motif Lebah Bergayut untuk Ukir Tekat Tenun Songket ditempatkan pada bagian atas bidang ukir/tekat/tenun/songket.Motif Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
Ukiran ini biasanya untuk hiasan pinggiran cucuran atap, atau sebagai hiasan paling bawah dari ukiran lainnya.Penggunaannya selalu untuk rumah.Ukiran ini melambangkan manisnya kehidupan rumah tangga, raja berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri. Lambing ini berpajak pada motif hiasan yakni serang lebah yang tergantung didalam kayu.Dalam ungkapan disebutkan:
Lebah bergantung dicucuran atap
dimuka berpagar madu
di belakang pagar manisan
manisanya cucur kebilik dalam
manisanya rasa merasa
Manisnya isap mengisap
Corak Motif Lebah ini ditempatkan pada bagian atas bidang ukir/tekat/tenun/songket.
Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
Hiasan lebah bergantung terletak dibawah cucuran atap (lesplang ) dan kadang-kadang di bawah anak tangga disebut “lebah bergantung” atau” ombak-ombak”.Lambang ini berpijar pada motif hiasan, yakini“sarang lebah yang tergantung didahan kayu”.
lebah bergantung ini biasanya terletang pada rumah adat atau pun pada kerajaan.Lebah bergantung ini terbuat dari kayu jati atau pun kayu besi, dari kayu tersebut di ukir lah menjadi lebah bergantung. Lebah bergantung ini mempunyai cirri yang sangat khas dalam setiap bentuknya dan mengandung makna, karna di sebut lebah bergantung di sebabkan sifat lebah yang memakan makanan yang bersih, lebah bergantung ini melambangkan ragam hias yaitu sarang lebah yang bergantung pada dahan kayu.Lebah bergantung ini biasanya di ambil dari corak tumbuh-tumbuhan seperti akar paku, lebah bergantung ini terletak pada cucuran atap atau pun di bawah anak tangga.Lebah bergantung ini bermakna yaitu melambangkan manisnya kehidupan rumah tangga.
Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini warna yang selalu di gunakan warna kuning keemas-emasan, yang berarti kejayaan dan kekuasaan.
Gambar lebah bergantung (Rumah adat, Senggarang)
Lebah bergantung ini pada zaman dahulu terdapat di kalangan mesyarakat dikalangan bawah, sedehana, dan dikalangan istana, kalau di kalangan istana biasanya terdapat pada tempat duduk raja, didepan atas pintu istana dan di atas jendela istana. Kalau di kalangan masyarakat bawah dan sederhana lebah bergantung ini basanya di depan teras rumah, di cucuran atap dan juga di atas jendela, di zaman dahulu dinamakan lebah bergantung. Tapi pada zaman sekarang masyarakat lebih banyak menggunakan lubang angin.
Gambar Lebah Bergantung (Rumah Adat, Senggaran)
Gambar lebah bergantung corak jarang (Pasir Todak, Moro)
Gambar lebah bergantung (Rumah adat, Senggarang)
ulu, setiap perajin ukiran ataupun tenunan serta lainnya diharuskan untuk memahami makna dan falsafaf yang terkandung dalam setiap ragam motif. Keharusan ini dimaksudkan agar mereka secara pribadi mampu menyerap dan menghayati nilai-nilai yang dimaksud, menyebarluaskan, menunjuk ajar, menempatkan sesuai alur patutnya
aa. Makna Dan Filsafah
Pucuk Rebung Bertunas – Lapar hilang, dahaga pun lepas, masalah pun selesai
Pucuk Rebung Sekuntum – Duduk berunding, bermusyawarah, bermufakat
Pucuk Rebung Kaluk Paku – Bergotong royong dan saling membantu
Pucuk Rebung Sirih Tunggal – Menjauhkan celaka dan sial
Motif Pucuk Rebung mempunyai arti sesuai dengan namanya yang berarti tunas bambu. Motif ini melambangkan sebagai sesuatu kekuatan yang muncul dari dalam.Walaupun motif pucuk rebung tersebut berbeda-beda tetapi mempunyai pengertian yang kurang lebih sama yaitu segala sesuatu berasal dari tunasnya (dari kekuatan di dalamnya). Patut disayangkan motif pucuk rebung ini hanya bisa kita lihat pada kain tradisional saja padahal pengertian motif ini sangat dalam. Selanjutnya penggunaan eksplorasi dengan teknik multilayer adalah teknik yang menggunakan lebih dari satu kain dengan berbagai macam kain lainnya yang di tumpuk sehingga menjadi berlapis-lapis sedangkan eksplorasi teknik foiling, flocking, dan bordir adalah teknik yang menggunakan teknik surface desain pada tekstil sehingga selain bisa memberikan efek mengkilat (dengan teknik foiling),juga agar dapat memberikan efek tekstur pada kain (dengan teknik flocking dan bordir), dengan tujuan agar motif tesebut bisa terlihat dengan efek yang berbeda dan lebih menarik.
Rebung adalah tunas muda yang tumbuh dari akar bambu. Berbentuk meruncing ke atas, bagian pangkalnya besar dan semakin keatas semakin kecil.Permukaan yang dikelilingi oleh daun-daun muda berbentuk segitiga dan bagian ujungnya meruncing seperti ujung pedang. Gambaran dari ujung rebung dan ujung daun rebung dinamakan dengan pucuk rebung.
Pucuk Rebung adalah pucuk dari tunas bambu yang baru tumbuh yang berbentuk runcing. Motif Pucuk Rebung adalah salah satu motif yang penggambaran alam yng menyerupai Pucuk Rebung. Motif Pucuk Rebung pada umumnya terdapat di daerah melayu, namun setiap di daerah melayu memilki motif Pucuk Rebung yang berbeda dengan daerah lainnya.
Daerah Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues) Motif Pucuk Rebung merupakan salah satu bagain dari motif Kerawang Gayo. Kerawang adalah ragam hias masyarkat Gayo yang berupa motif-motif, pola atau corak yang ditampilkan pada pakaian atau untuk memperindah bentuk bangunan, motifnya terdiri dari ulen-ulen (bulan), Tei Kukur (kotoran burung), emun berangkat (awan bergerak) dan pucuk rebung (Pucuk Rebung).
Motif pucuk rebung melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut.
Pucuk rebung memiliki makna luas dan mendalam, ada tiga makna dari penggunaan lambang pucuk rebung yaitu:
1. Sebagai pengingat untuk terus berupaya maju, pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh.
2. Harus senantiasa berfikir lurus, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung.
3. Jika mencapai puncak tertinggi tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi.
Corak dasar : Pucuk rebung
Variasi : Rebung bersiku keluang
Filosofi : Pucuk rebung bersiku keluang
Dipakai untuk tenun dan tekat
Laba menuntung muka belakang
Sampailah pinta terkabul niat
Kemakmuran hidup lahiriah dan bathiniah, murah rezeki dan berkembang usaha, yang ujungnya mewujudkan kehidupan yang aman dan damai merupakan kandungan nilai kesuburan. Ragam motif pucuk rebung dan segala variasinya sangat mencerminkan nilai ini.
2. AWAN LARAT
Awan larat merupakan rangkaian dari motif yang tersusun rapi berdampingan dan berhubungan.
Awan Larat Kuntum Berangkai Lengkap :
Senyum indah dalam cakap bicara
Awan Larat Kembang Teratur :
Pelekat hidup, Se-ia sekata, Sehidup semati
Ukiran ini bentuknya terdiri dari dari garis lengkung limas dapat ditambah variasai- variasai dengan motif apa saja kecuali bintang, biasanya ukiran ini ukiran kan pada biang yang memanjang dan mendatar. Motif awan larat ini ada yang berbentuk akar, daun dan bunga. Awan larat ini melambangkan panjang umur atau keabadian
Awan larat merupakan rangkaian dari motif yang tersusun rapi berdampingan dan berhubungan.Awan larat berilham daripada alam yaitu awan yang bergerak apabila ditiup angin. Ada pula mengatakan bahawa nama ini diambil sempena nama seorang anak kecil bernama Awang yang menggaris tanah hingga melaratlarat menjadi bentuk yang cantik. Kebiasaannya pengukir menciptakan daun, buah dan bunga hasil ilhamnya sendiri.Awan larat ini corak yang paling dimuliakan dalam apresiasi seni ukir Melayu Klasik.
a Latar Belakang
Ragam hias merupakan bagian dari seni rupa sedangkan seni rupa adalah salah satu cabang keseni dalam itu, hidup dan berkembang dalam kehidupaan masyarakat dan adalah milik masyarkat melayu riau sejak dari masa lalu, seni rupa ikut memberikan warna yang mencerminkan kekhasan dari masyarakat melayu riau tersebut.
Membicarakan kehidupan ragam hias sama dengan membicarakan seni rupaa dalam masyarakat di riau. Karena didaerah ini kehidupan seni rupa belum begitu maju perkembangannya, tapi dalam masyarakat riau kita akan melihatdn mendapatkan bentuk-bentuk kesenian rupa yang berbentuk tradisonal daerah seperti banguna.
Adapun bentuk-bentuk seni rupa atau ragam hias yang hidup dalam masyarakat riau yang dibicarakan ini terbatas pada ragam hias pada rumah tradisonal melayu riau yang terdapat dibeberapa daerah, antra lain dari: siak indera pura, bintan kepulauan riau bunut dan salo Kampar.
Daerah ini banyak ditemui hasil-hasil seni rupa berupa ragam hias baik berupa peningalan lama maupun yang masih berkembang sekarang. Hal ini dapat dimaklumi bahwa ketiga tempat ini masa dahulu adalah merupakan pusat kerajaan melayu yaitu: siak adalah bekas kerajaan siak, batin adalah bekas kerajaan riau,bunut bekas kerajaan pecan tua, Kampar dan berapa daerah lainnya. Sebagai pusat kerajaan tentu kehidupan seni akan berkembang dengan baik dan maju tetapi, hamper tidak terdapat perbedaan yang mencolok kehidupan seni rupa di beberapa wilayah seperti Indragiri, kepulaun riau Bengkalis dan lainnya.
Corak dasar : Awan Larat
Variasi : Kembang beratur
Filosofi : Awan Larat kembang beratur
Ulur- ulur gelar adatnya
Kasih lekat hiduppun akur
Sampai ke kekubur tali ikatnya
Agar hidup salalu akur
Adat mengungkapkan "tahu diri dengan perinya, tahu duduk dengan tegaknya, tahu alur dengan patutnya" yang tercermin dalam ragam motif bulan penuh, kaluk pakis, awan larat beserta segala variasinya.
3. LEBAH BERGANTUNG
Corak Motif Lebah Bergayut untuk Ukir Tekat Tenun Songket ditempatkan pada bagian atas bidang ukir/tekat/tenun/songket.Motif Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
Ukiran ini biasanya untuk hiasan pinggiran cucuran atap, atau sebagai hiasan paling bawah dari ukiran lainnya.Penggunaannya selalu untuk rumah.Ukiran ini melambangkan manisnya kehidupan rumah tangga, raja berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri. Lambing ini berpajak pada motif hiasan yakni serang lebah yang tergantung didalam kayu.Dalam ungkapan disebutkan:
Lebah bergantung dicucuran atap
dimuka berpagar madu
di belakang pagar manisan
manisanya cucur kebilik dalam
manisanya rasa merasa
Manisnya isap mengisap
Corak Motif Lebah ini ditempatkan pada bagian atas bidang ukir/tekat/tenun/songket.
Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
Hiasan lebah bergantung terletak dibawah cucuran atap (lesplang ) dan kadang-kadang di bawah anak tangga disebut “lebah bergantung” atau” ombak-ombak”.Lambang ini berpijar pada motif hiasan, yakini“sarang lebah yang tergantung didahan kayu”.
lebah bergantung ini biasanya terletang pada rumah adat atau pun pada kerajaan.Lebah bergantung ini terbuat dari kayu jati atau pun kayu besi, dari kayu tersebut di ukir lah menjadi lebah bergantung. Lebah bergantung ini mempunyai cirri yang sangat khas dalam setiap bentuknya dan mengandung makna, karna di sebut lebah bergantung di sebabkan sifat lebah yang memakan makanan yang bersih, lebah bergantung ini melambangkan ragam hias yaitu sarang lebah yang bergantung pada dahan kayu.Lebah bergantung ini biasanya di ambil dari corak tumbuh-tumbuhan seperti akar paku, lebah bergantung ini terletak pada cucuran atap atau pun di bawah anak tangga.Lebah bergantung ini bermakna yaitu melambangkan manisnya kehidupan rumah tangga.
Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini warna yang selalu di gunakan warna kuning keemas-emasan, yang berarti kejayaan dan kekuasaan.
Gambar lebah bergantung (Rumah adat, Senggarang)
Lebah bergantung ini pada zaman dahulu terdapat di kalangan mesyarakat dikalangan bawah, sedehana, dan dikalangan istana, kalau di kalangan istana biasanya terdapat pada tempat duduk raja, didepan atas pintu istana dan di atas jendela istana. Kalau di kalangan masyarakat bawah dan sederhana lebah bergantung ini basanya di depan teras rumah, di cucuran atap dan juga di atas jendela, di zaman dahulu dinamakan lebah bergantung. Tapi pada zaman sekarang masyarakat lebih banyak menggunakan lubang angin.
Gambar Lebah Bergantung (Rumah Adat, Senggaran)
Gambar lebah bergantung corak jarang (Pasir Todak, Moro)
Gambar lebah bergantung (Rumah adat, Senggarang)